Makalah : Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang layak untuk didapat oleh semua orang.
Karena dengan adanya pendidikan maka akan membuat seseorang memiliki bekal
pengetahuan untuk menjemput masa depan.
Jenjang pendidikan
dimulai dari tingkatan yang paling dasar yang mana pada tingkat ini dipelajari
nilai-nilai yang sifatnya dasar pula. Setelah itu akan melanjutkan kepada
tingkat yang lebih tinggi lagi. Proses ini memiliki makna bahwa pendidikan
merupakan hal yang memiliki proses yang tidak sebentar, melainkan memiliki
rantaian proses yang panjang.
Panjangnya
rangkaian proses ini merupakan hal yang memiliki makna sebagai pematangan
keilmuan dan mengendapnya ilmu pada diri seseorang. Sehingga ilmu tersebut akan
memiliki manfaat dalam kehidupan yang selanjutnya.
Sebagaimana yang
telah disinggung pada paragraf sebelumnya, bahwa pendidikan berhak dienyam oleh
setiap individu. Maka tidak lah heran, pada masa dewasa ini pendidikan bagi
seorang individu sangat digembor-gemborkan. Karena dengan pendidikan ini akan
diharap mampu mengimbangi persaingan dimasa depan.
Namun disisi lain,
permasalahan pendidikan senantiasa muncul dalam ranah perjalanan dunia
pendidikan itu sendiri. Yang mana permasalahan yang sudah tidak asing lagi
disini yaitu minat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dilihat secara
kenyataan, bahwa minat melanjutkan ke perguruan tinggi masih memiliki tingkat
yang belum seimbangan dengan hasil output dari jenjang yang sebelumnya. Kondisi
ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mana faktor-faktor tersebut berasal
dari pengaruh internal maupun pengaruh eksternal.
Selain itu,
permasalahan ini belum memiliki perhatian khusus dari lembaga formal maupun
dari pemerintah itu sendiri tentang bagaimana menyelesaikan secara tuntas
sampai ke akar dalam menumpas masalah ini.
Program bantuan
yang disalurkan oleh pemerinah belum lah memberikan konstribusi banyak dalam
memecahkan masalah minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dalam makna
yang terselubung, bahwa aluran tangan dari pemerintah ini masih bersifat
terbatas kepada ranah-ranah tertentu saja. Sebagai contoh, program Bidikmisi,
yang mana secara rill bantuan ini hanya diperuntukan bagi siswa yang miskin
namun cerdas. Sedangkan individu yang miskin tapi bodoh belum memiliki bantuan
yang serius oleh pemerintah. Maka salah satu penyebab dari rendahnya minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah faktor ekonomi yang rendah.
B.
Rumusan Masalah
-
Bagaimana
minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi?
C.
Tujuan Makalah
-
Untukmengetahui
minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Minat
Secara sederhana minat dapat
diartikan sebagai suatu keinginan yang timbul dalam diri seseorang namun hal
tersebut belum dapat ter-realisasikan dalam kehidupan nyata. Dia hanya sebagai
suatu dorongan nurani yang memiliki unsur ingin dipenihu sekaligus memiliki
daya tarik tersendiri. Sehingga orang yang memiliki minat akan mencoba untuk
melakukan suatu hal atau cara yang mana bertujuan agar minat tersebut dapat
dipenuhi.
Minat dalam diri sesorang memang lah
sesuatu yang memiliki daya ingin terwujudkan, namun pada hasil akhir dari suatu
minat, tidak senantiasa berujung baik. Hal ini pastilah akan mendatangkan wajah
suatu polemik tersendiri dalam diri seorang individu.
Kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan bahwa minat
adalah kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu perhatian dan
keinginan.Menurut Slameto (2013: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Hal
ini ditekankan oleh (Mohamad Surya, 2003: 100) minat dapat diartikan sebagai
rasasenang atau tidaksenang dalam menghadapi suatu objek. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan
apabilaobjek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan
seseorang yangbersangkutan.[1]
Hal lain tentang
minat menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsini Arikunto, “Minat adalah kesadaran
seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang mengandung
kaitan dengan dirinya.” (1983 : 100 ). Batasan ini lebih memperjelas pengertian minat tersebut dalam kaitannya dengan
perhatian seseorang.
Perhatian adalah
pemilihan suatu perangsang dari sekian banyak perangsang yang dapat menimpa
mekanisme penerimaan seseorang. Orang, masalah atau situasi tertentu adalah
perangsang yang datang pada mekanisme penerima seseorang , karena pada suatu
waktu tertentu hanya satu perangsang yang dapat disadari. Maka dari sekian
banyak perangsang tersebut harus dipilih salah satu.
Perangsang dipilih
karena disadari bahwa ia mempunyai sangkut paut dengan seseorang itu. Kesadaran
yang menyebabkan timbulnya perhatian itulah yang disebut minat. Berdasarkan
pengertian dimuka maka unsur minat adalah perhatian, rasa senang, harapan dan
pengalaman.[2]
Lebih jelasnya, dari beberapa
pernyataan minat di atas menurut beberapa ahli dapat di simpulkan bahwa minat
adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu perhatian atau aktivitas yang
dilakukan sendiri tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar pula minat. Jadi semakin banyak seseorang mengetahui
tentang perguruan tinggi akan semakin tinggi minat untuk melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi. Bukan hanya dibutuhkan minat untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi tetapi juga sangatlah dibutuhkan seorang guru yang sangat
kompeten dan sangat mendukung serta memberikan motivasi kepada siswa untuk
mengembangkan potensinya dengan baik.
Dalam
perjalanannya, minat seseorang memiliki jenjang perbedaan yang mana dalam hal
ini dipengaruhi oleh keadaan yang dialami oleh seorang individu. Menurut Crow
and Crow, ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu :
1.
Faktor kebutuhan dari
dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan
kejiwaan.
2.
Faktor motif sosial,
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu
kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada.
3.
Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran
intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau
objek tertentu.
Ketiga
faktor yang menimbulkan minat diatas sebenarnya berasal dari individu, selanjutnya individu
mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang menimbulkan dorongan sosial dan
dorongan emosional.
Singgungan diatas merupakan sesuatu yang
sebenarnya tidak disadari oleh diri seseorang. Karena terkadang seorng individu
hanya mengira secara spontan bahwa minat itu timbul karena adanya sesuatu yang
diperoleh oleh seseorang, sehingga timbulnya keinginan untuk melakukan hal yang
sama dengan harapan mendapat atau memperoleh yang sama.
Hal tersebut tidak lah disalahkan. Namun maksud
disini adalah bagaimana seseorang mengkontorl minat yang sebenarnya ada dalam
diri setiap individu, dimana minat tersebut dapat dikatakan sebagai minat yang
memiliki energi yang besar dalam menumbuhkan genggaman atas suatu harapan akan
terasa lebih kuat lagi. Sebab minat disini langsung timbul dari dalam dirinya
sendiri.
Perlu kita ketahui bahwa minat yang ada dalam
setip individu tadi, akan terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.
Minat primitif atau biologis
Minat
yang timbul dari kebutuhan – kebutuhan jasmani berkisar pada soal makanan,
comfort, dan aktifitas. Ketiga hal ini meliputi kesadaran tentang
kebutuhan yang terasa akan sesuatu yang dengan langsung dapat memuaskan
dorongan untuk mempertahankan organisme.
2.
Minat kultural atau sosial
Minat yang
berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi
tarafnya. Orang yang benar – benar terdidik ditandai dengan adanya minat yang
benar – benar luas terhadap hal – hal yang bernilai.[3]
Kedua jenis minat diatas merupakan minat
yang sifatnya fundamental ataupun urgent. Dengan adanya kedua minat diatas pada
diri seorang individu, maka dia akan memiliki nilai kehidupan yang tinggi. Baik
yang nantinya akan mendorong mudahnya jalan dalam proses merealisasikan minat
maupun hal lainnya.
Sebagaimana yang telah disinggung
sebelumya, bahwa minat pada diri seseorang merupakan suatu hal yang penting. Maka dalam prosesnya minat terbagi
menjadi :
1.
Motif
Motif disini bisa berupa alasan, dasar, pendorong
minat yang ada pada dalam diri seorang individu.
2.
Perjuangan motif
Sebelum mengambil keputusan pada batin terdapat
beberapa motif yang bersifat hukum dan rendah dan disini harus dipilih.
3.
Keputusan
Inilah yang sangat penting yang berisi pemilihan
antara motif – motif yang ada dan meninggalkan kemungkinan yang lain sebab
tidak sama mungkin seseorang mempunyai macam – macam keinginan pada waktu yang
sama.
Keempat hal ini merupakan
langkah-langkah yang erat kaitannya dengan proses realisasi dari minat
seseorang. Sebagai contoh seseorang memiliki minat untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi dengan motif ingin mengembangkan ilmunya, menambah khazanah
keilmuan, serta ingin bermanfaat bagi agama, orang lain, dan bangsa. Maka
bentuk tindakan sebagai langkah selanjutnya yaitu dia harus belajar dengan
rajin, disiplin, dan profesional. Pada suatu kondisi, dia dihadapkan dengan
banyak tugas. Maka dalam hal ini dia harus mampu menyelesaikan berbagai macam
bentuk tugas yang ada dan mengerjakannya dengan serius sebagai akibat dari
pilihan yang telah dia pilih.
Dalam pembahasan lain, suatu minat dala
diri seseorang juga erat dengan karakter orang tersebut. Dikatakan demikian
karena seseorang yang memiliki karakter yang “Tahan Banting” biasanya akan
memiliki minat yang lebih baik daripada orang yang biasa-biasa saja.
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani
yang berarti "To mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh
sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan
sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila
perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun yang dimaksud
berkarakteradalah berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif terhadap
kualitas moral dan mental, sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai
penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya mengubah atau
membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual
seseorang.
Sedangkan didalam terminologi islam,
karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak yaitu
kondisi batiniyah dalam dan lahiriah
(luar) manusia. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (خَلَقَ) yang berarti perangai, tabiat, adat istiadat. Menurut
pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk mufradnya
adalah khuluqun (خُلُقٌ) yang menurut logat
diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun (خَلْقٌ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq (خَالِق) yang artinya pencipta, dan makhluk (مَخْلُقٌ) yang artinya yang diciptakan.[5]
Maka tidak heran apabila salah satu faktor yang mendrong kuatnya minat daam
diri seorang individu yaitu karakter pembawaannya sendiri.
B.
Ciri-ciri
Minat dan Faktor Yang Memepngaruhi Minat
Elizabeth B. Hurlock (1993: 117) mengatakan bahwa cirri-ciri minat
yaitu :
1.
Minat tumbuh
bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat
di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu
pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak
yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka
yang lambat matang, karena sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi
masalah social karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya
mereka minat remaja.
2.
Minat bergantung
pada kesiapan belajar
Anak-anak
tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka secara fisik dan mental. Sebagai
contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan
bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk
permainan bola tersebut.
3.
Minat bergantung
pada kesempatan belajar
Kesempatan
untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun
dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil
sebagian besar terbatas pada rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup social
mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
4.
Perkembangan minat
mungkin terbatas
Ketidakmampuan
fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak.
Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada
olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.
5.
Minat dipengaruhi
pengaruh budaya
Anak-anak
mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar
mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai
dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak
sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
6.
Minat berbobot
emosional
Bobot
emosional – aspek afektif – dari minat menemukan kekuatannya. Bobot emosional
yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan
memperkuatnya.
7.
Minat itu
egosentris
Sepanjang
masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada
matematika, sering berlandaskan keyakinan, kepandaian di bidang matematika di
sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di
dunia usaha.[6]
Sedangkan faktor yang
memepngaruhi minat yaitu :
Menurut Ridwan (2008; 128) faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan
ke perguruan tinggi terbagi menjadi dua golongan yaitu
a. Faktor Internal
1) Faktor Jasmani Faktor jasmaniah sangatlah penting dalam
meningkatkan minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
2) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada empat faktor yang
tergolong ke faktor psikologis yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi siswa. Faktor-faktor itu adalah :
a) Perhatian Siswa Supaya dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap yang dipelajarinya, jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga
ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah
bahan pelajaran selalu menarik perhatian siswa.
b) Minat Siswa Minat besar pengaruhnya terhadap minat untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi, karena jika yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena
tidak ada daya tarik baginya.
c) Bakat Siswa Bakat sangat mempengaruhi minat untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi siswa, oleh sebab itu materi yang disampaikan guru hendaknya
memperhatikan bakat siswa
d) Motivasi Siswa Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa
yang dapatmendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, dengan caramembentuk
motif yang kuat melalui latihan-latihan ataukebiasaan-kebiasaan dan pengaruh
lingkungan yang sangat kuat.
Dengan cara
tersebut sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan minat melanjutkan
ke perguruan tinggi.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
a) Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik anaknya sangat
berpengaruh terhadap minat untuk melanjutkan ker perguruan tinggi. Karena
apabila cara orang tua mendidik anaknya salah makan akan menghambat minat
anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
b) Relasi Antar Anggota Keluarga Relasi antar anggota keluarga yang
terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak
dengan saudara-saudaranya atau dengan anggota keluarga lain pun turut
mempengaruhi minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Demi kelancaran
belajar serta keberhasilan siswa, perlu didiusahakan relasi yang baik di dalam
keluarga siswa tersebut.
c) Suasana Rumah Suasana rumah yang dimaksudkan adalah situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluargadi mana siswa berada
dalam belajar.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomin keluarga erat
hubungannya dengan belajar siswa.Siswa yang sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan,
dll, juga membutuhkan fasilitas belajarseperti ruang belajar, meja, kursi,
dll.fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi kebutuhan jika keluarga pempunyai
cukup uang.Jika semua itu terpenuhi, maka siswa bisa belajar dengan baik.
e) Dorongan dan Pengertian Orang Tua Siswa belajar perlu dorongan
dan pengertian dari orang tua.Bila anak tersebut sedang belajar, jangan
diganggu dengan tugas-tugas rumah.Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi semangat dan pengertiannya, membantu sebisa mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah.
2) Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar Guru Metode mengajar adalah jalan yang harus
dilalui guru dalam mengajar.Oleh sebab itu faktor ini sangat mempengaruhi minat
belajar siswa.Agar siswa dapat belajar dengan baik seperti yang diharapkan,
maka metode guru dalam mengajar harus diusahakan tepa, efisien, dan efektif.
b) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan sekolah kepada siswa.Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelajaran itu.Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi minat belajar
siswa.Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
c) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara
guru dengan siswa, proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
proses pembelajaran itu sendiri.
d) Relasi Siswa dengan Siswa Menciptakan relasi yang baik antar
siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
belajar siswa dengan cara memberikan pembinaan agar di dalam kelas tidak
terjadi persaiangan yang kurang sehat antar siswa.
e) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/ karyawan, gedung sekolah, kedisiplinan kepala sekolah,
dll.Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di
dalam belajar, baik di sekolah maupun d rumah. Agar siswa disiplin haruslah
guru beserta staf yang lain disiplin pula.
f) Media Belajar Mengusahakan media belajar yang baik dan lengkap
adalah perlu, agar guru dapat mengajar dengan baik dan siswa dapat menerima pelajaran
dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
g) Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses
belajar mengajar di sekolah, waktu belajar mempengaruhi minat siswa dalam
meningkatkan minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
h) Keadaan Gedung atau Tata Kelas Dengan jumlah siswa yang banyak
serta karakteristik yang bervariasi keadaan gedung dan tata ruang kelas harus
memadai.Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan baik, jika kelasitu tidak
memadai bagi siswa.
i) Metode Belajar Banyak siswa yang melaksanakn cara belajar yang
salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat
akan efektif pula hasil belajar siswa itu.
3) Faktor Masyarakat
a) Teman Bergaul/Teman Bermain di Rumah Pengaruh-pengaruh dari
teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman
bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu pula
sebaliknya. Agar siswa memiliki minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
dengan baik, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik.
b) Kegiatan Dalam Masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.Akan tetapi perlu kiranya membatasi
kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya.[7]
C.
Pengertian
Pendidikan dan UU Tentang Pendidikan
Pendidikan
selalu berubah dan berkembang secara progresif. Proses pendidikan yang
dilaksanakan dalam upaya mencerdaskan bangsa serta mengembangkan watak bangsa
menjadi lebih bermoral, itulah yang diinginkan oleh setiap bangsa.
Secara
bahasa atau etimology, arti dari kata pendidikan adalah suatu kata yang berasal
dari kata “Didik” dan dengan memberi awalan “Pe” dan akhiran “An”, mengandung
arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya).[8]
Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paedogogos yang
berarti pergaulan dengan anak-anak. Dan kata Paedagogos itu sendiri
teridiri dari dua kata, yakni Paedos (anak) dan Agoge (saya membimbing,
memimpin).
Dalam
dunia pendidikan terdapat dua komponen aktif yang memiliki peran sebagai motor
penggerak berjalannya proses pembinaan atau bimbingan dalam lingkup edukasi
tersebut. Yakni ada guru selaku pengajar atau pendidik dan siswa atau selaku
yang didik dan menerima pendidikan. Peadagog (pendidik atau ahli didik
ialah seorang yang tugasnya membimbing anak.[9]
Sedangkan pekerjaan membimbing disebut Paedagogis. Istilah ini kemudia
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “Education” yang
berarti pengembangan atau bimbingan.
Sedangkan
pengertian pendidikan menurut Ahamad D. Marimba yaitu bahwa pendidikan
merupakan suatu bimbingan ata pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Marimba menekankan pengertian pendidikan pada pengembangan jasmani
dan rohani menuju kesempurnaannya, sehingga terbina kepribadian yang utama.[10]
Pendidikan dalam bahasa Arab bisa
disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan
pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja
‘allama. Sehingga istilah Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah.[11]
Sebagai mana pemaparan Ibnu Faris Pendidikan adalah perawatan, perbaikan,
pengurusan terhadap pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur
pendidikan didalam jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat
sempurna yang sesuai dengan kemampuannya.[12]
Berbicara
mengenai Undang-Undang yang mengatur tentang pendidikan, maka sudah tidak aneh
lagi apabila disebut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Dibandingkan dengan UU
Nasional No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional mengalami
perubahan, terutama berkaitan dengan tujuan, fungsi, sasaran atau target, pola
penyelenggaraan, hak dan kewajiban pendidikan dan peserta didik, serta
ketentuan hukum. Perubahan tersebut disesuaikan dengan pertimbangan kemajuan
nasional, regional maupun internasional.
Di
negara Republik Indonesia hanya terdapat satu sistem pendidikan yang diatur
oleh Undang-undang mengenai hak dan kewajiban warga negara yang tertera pada
BAB IV pasal 5 UU Sisdiknas tahun 2003 :
1.
Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
2.
Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus.
3.
Warga negara di daerah terpencil
atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.
4.
Warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
5.
Setiap warga negara berhak mendapat
kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.[13]
Dalam
UUD 1945, pendidikan diarahkan bagi seluruh rakyat dengan perhatian utama pada
rakyat yang kurang mampu agar dapat mengembangkan moral yang lebih baik. Pada
dasarnya permasalahan pendidikan telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1-5
yang berbunyi sebagaimana berikut :
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
Pasal 31 ayat 1 ini mengandung maksud bahwa semua warga
negara baik kecil, besar, muda, tua, pria maupun wanita tanpa terkecuali
berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya
Pasal 31 ayat 2 ini mengandung penjelasan bahwa semua warga
negara tanpa pandang usia dan jenis kelamin wajib mengikuti pendidikankan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya, untuk melaksanakan ini makanya alokasi dana
pendidikan diperbesar sehingga sekolah bisa gratis khususnya pendidikan dasar
yang semula 6 tahun sekarang menjadi 9 tahun atau setingkat SLTP.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang
Pasal 33 ayat 3 ini dapat dijelaskan bahwa dalam mengusahakan
penyelenggaraan pendidikan menggunakan satu sistem pendidikan nasional sehingga
tidak ada perbedaan pendidikan antara pusat dan daerah. Disamping pendidikan
umum pemerintah juga harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
yang mulia untuk peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan ahklak yang baik maka para generasi penerus bangsa akan menjadi pemimpin
yang jujur, adil, amanah dan dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan baik
sehingga tidak tertinggal dengan negara - nelain didunia, yang semuanya dalam
pelaksanaannya diatur dalam undang - undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional
Pasal 31 ayat 4 ini mengandung maksud bahwa baik pemerintah
pusat maupun daerah wajib mengalokasikan dana minimal 20% dari anggaran
dan pendapatan belanjanya untuk kepentingan pendidikan, yang semuanya digunakan
untuk mencukupi kebutuhan dalam dunia pendidikan, baik untuk peralatan, gedung,
maupun bantuan untuk siswa yang tidak mampu dan lain sebagainya.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia
Pasal 33 ayat 5 ini mengandung maksud bahwa dalam usahanya
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh mengabaikan norma - norma
agama dan persatuan bangsa. tujuan dari memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia,
khususnya warga negara Indonesia.[14]
D.
Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
Berdasarkan
pengertian-pengertian minat yang telah di jelaskan di atas, dapat dikemukakan
bahwa seseorang akan berminat pada sesuatu hal atau obyek tertentu apabila
menyukai atau merasa ada kepentingan terhadap sesuatu hal atau obyek tersebut.
Dalam hal ini seseorang akan mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi apabila seseorang tersebut melakukan suatu usaha untuk
mencapai kepentingan dan suatu tujuan. Keberadaan minat seseorang dan kekuatan
minatnya hanya dapat dideteksi apabila sudah terwujud bentuk perasaan atau
sikap.
Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Soemanto bahwa minat adalah :
1.
Sikap yang terus
menerus menyertai perhatian seseorang dalam memilih obyek yang menarik.
2.
Perasaanlah yang
menentukan aktivitas kegemaran bagi seseorang sehingga melakukan sesuatu.
3.
Motivasi
tertentu yang mengarahkan perilaku kearah sasaran atau arah tujuan yang
diinginkan.
E.
Faktor Yang Mempengaruhi Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
Melanjutkan
studi ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan studi dari pendidikan menengah
ke pendidikan tinggi. Aktivitas yang dilakukan di perguruan tinggi adalah
belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini
berarti sama-sama aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang
mempengaruhi minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi dalam hal ini
disamakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Muhibbin Syah (2011: 132, 139) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagai berikut:
2)
Faktor
Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa. Faktor ini meliputi aspek, yakni:
a)
Aspek
fisiologis (yang bersifat jasmaniah) seperti: mata dan telinga.
b)
Aspek
psikologis (yang bersifat rohaniah) seperti: intelegensi, sikap, bakat, dan
motivasi.
3)
Faktor
Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
Faktor ini meliputi:
a)
Lingkungan
sosial, seperti: keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman.
b)
Lingkungan
non sosial, seperti: rumah, sekolah, peralatan, dan alam.
4)
Faktor
Pendekatan Belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor ini meliputi:
a) Pendekatan tinggi, seperti: speculative, achieving
b) Pendekatan sedang, seperti: analytical, deep
c) Pendekatan rendah, seperti: reproductive, surface
Slameto (2010:
54) menggolongkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa menjadi
dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor
Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
ini meliputi tiga aspek, yaitu:
a.
Faktor
jasmaniah, seperti: faktor kesehatan, cacat tubuh.
b.
Faktor
psikologis, seperti: intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan,
kesiapan.
c.
Faktor
kelelahan.
2.
Faktor
Eksternal
a.
Faktor
keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan.
b.
Faktor
sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
c.
Faktor
masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Nana Syaodih
Sukamadinata (2003: 162-165), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya.[15]
1)
Faktor-faktor dari dalam diri individu yang menyangkut aspek jasmaniah maupun
rohaniah. Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Aspek
psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan
intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari
individu. Sedangkan kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan,
bakat-bakat, penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang
lalu.
Kondisi sosial
menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya, orang
tuanya maupun orang-orang yang lainnya. Hal lain yang ada pada diri individu
adalah ketenangan dan ketentraman psikis, motivasi belajar,
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca,
berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas, dan lain-lain.
Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya.
2)
Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri
siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam lingkungan keluarga adalah keadaan
rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada,
suasanan dalam rumah tenang atau gaduh, suasana lingkungan di sekitar rumah,
keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antaranggota
keluarga. Lingkungan sekolah meliputi, lingkungan kampus, sarana dan prasarana
belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, hubungan siswa dengan
teman-temannya, dengan guru dan staf sekolah yang lain, suasana dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan
masyarakat, meliputi latar belakang pendidikan, terdapat lembaga-lembaga
pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya.[16]
F.
Langkah Mengatasi Masalah Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan
Tinggi
Minat siswa untuk melanjutkan
pendidikan keperguruan tinggi setelah menamatkan pendidikannya di tingkay SMA
tentu merupakan hak bagi setiap warga negara, sebagaimana ditegaskan dalam
undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 5 ayat (5) bahwa “setiap warga negara berhak mendapatka kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.
Minat siswa SMA melanjutkan pendidikan
keperguruan tinggi tentu cukup beragam. Mungkin saja ada yang memiliki minat
yang tinggi, minat yang sedang rendah atau bahkan sama sekali tidak berminat
untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi tersebut tidak
terlepas dari kompleksitas factor yang mempengaruhi minat siswa dalam
melanjutkan pendidikan, baik bersumber dari dalam diri maupun pengaruh dari
luar dirinya.
Sebagai implikasi dari minat siswa
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka hal itu akan mempengaruhi
motivasi siswa untuk belajar. Kondisi tersebut disebabkan motivasi belajar
dapat tumbuh karena adanya kebutuhan atas apa yang dipelajari, baik untuk masa
sekarang maupun masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah
(2002:116) bahwa seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju
dalam belajar.
Keinginan itu ilatarbelakangi oleh
pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang
akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang. Lebih lanjut
Djamarah (2002: 116) mengemukakan bahwa “motivasi muncul karena membutuhkan
sesuatu dari apa yang
dipelajarinya. Motivasi berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan
kesadaran untuk melakukan kesadaran belajar”. Pendapat di atas menunjukkan bahwa adanya motivasi untuk melakukan aktivitas belajar tidak terlepas dari adanya kebutuhan dari belajar, seperti adanya minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka hal itu akan mempengaruhinya secara psikologis untuk belajar karena adanya kebutuhan untuk membekali diri dengan pengetahuan dan
keterampilan.
dipelajarinya. Motivasi berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan
kesadaran untuk melakukan kesadaran belajar”. Pendapat di atas menunjukkan bahwa adanya motivasi untuk melakukan aktivitas belajar tidak terlepas dari adanya kebutuhan dari belajar, seperti adanya minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka hal itu akan mempengaruhinya secara psikologis untuk belajar karena adanya kebutuhan untuk membekali diri dengan pengetahuan dan
keterampilan.
Dalam mengatasi masalah minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
yang disebabkan berbagai macam faktor yang telah disebutkan diatas, maka
peranan handle terbesar sebenarnya terdapat dalam lingkungan orang tua. Suport
dari orang tua sangat dibutuhkan oleh seorang peserta didik sebagai motivasi
melanjutkan minat studi ke perguruan tinggi.
Dalam lingkungan sekolah kita
mengenal dengan Bimbingan Konseling. Yaitu bagian dari keguruan yang memiliki
peran dalam membantu para siswa yang ada dalam suatu lembaga sekolah untuk
meningkatkan minat studi ke perguruan tinggi.
Guru adalah figur yang menarik
perhatian semua orang, baik dalam keluarga, masyarakat, atau di sekolah
(Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 104). Adapun, bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli (konselor) kepada seseorang atau
beberapa orang individu (konseli/klien), baik anak-anak, remaja, orang dewasa,
agar konseli/klien tersebut memahami diri, dapat mengentaskan permasalahannya,
mampu mengembangkan kemampuannya berdasarkan norma-norma yang berlaku guna
menentukan dan mengarahkan pertumbuhan individu dalam mewujudkan kemandirian
diri, kebahagian dan kesejahteraan kehidupan yang akan memberikan sumbangan
bagi masyarakat. Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan dengan wawancara/face to face atau
melalui media lain (seperti:sms, bbm, telpon, email, dan lainnya) oleh seorang
ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah agar bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi.[17]
Deskripsi diatas dapat disimpulkan
bahwa guru bimbingan konseling adalah seseorang atau figur yang memiliki
kemampuan untuk memberikan bantuan kepada individu/kelompok baik anak-anak,
remaja, orang dewasa yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
supaya individu/kelompok tersebut mandiri dan dapat mengembangkan potensinya
secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, dan karir serta
teratasinya masalah yang dihadapi melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung atas dasar norma-normayang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi
konseli/klien.
G.
Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Minat
Dalam proses
belajar-mengajar, guru bimbingan konseling mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai
tujuan(Slameto, 2013: 97). Gurubimbingan konseling mempunyai tanggung jawab
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa. Proses pembelajaran bukan hanya dari seorang guru tetapi
para siswa masa kini dapat belajar dari berbagai sumber dan media seperti surat
kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya. Siswapun dapat belajar dalam
berbagai kesempatan dan kegiatan di luar sekolah. Guru hanya merupakan salah
satu di antara sumber belajar. Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini
menjadi luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk melanjutkan
ke perguruan tinggi para siswa membutuhkan dukungan sertamotivasi dari seorang
guru bimbingan konseling sebagai media perantara antara pihak yang
memberikanberbagai beasiswa dalam proses pemberian beasiswa bagi siswa yang
kurang mampu atau berprestasi tetapi kekurangan biaya untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi sehingga minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi bisa tercapai dan bisa mengembangkan potensi yang dimiliki secara
optimal.Berdasarkan hal tersebut beasiswa terbagi menajdi beberapa macam yaitu
:
1.
Beasiswa
Penghargaan
Beasiswa
ini biasanya diberikan kepada kandidat yang memiliki keunggulan
akademik.Beasiswa ini juga diberikan berdasarkan prestasi akademik mereka
secara keseluruhan.Misalnya, dalam bentuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).Meski
sangat kompetitif, beasiswa ini ada dalam berbagai bentuk.[18]
2.
Beasiswa
Bantuan
Jenis
beasiswa ini adalah untuk mendanai kegiatan akademik bagi mahasiswa yang kurang
beruntung, tetapi memiliki prestasi.Komite beasiswa biasanya memberikan
beberapa penilaian pada kesulitan ini, misalnya, seperti pendapatan orangtua,
jumlah saudara kandung yang sama-sama tengah menempuh studi, pengeluaran, biaya
hidup, dan lain-lain.
3.
Beasiswa
Atlentik
Universitas
biasanya merekrut atlet populer untuk diberikan beasiswa dan dijadikan tim
atletik perguruan tinggi mereka. Banyak atlet menyelesaikan pendidikan mereka
secara gratis, tetapi membayarnya dengan prestasi olahraga. Beasiswa seperti
ini biasanya tidak perlu dikejar, karena akan diberikan secara langsung kepada
mereka yang memiliki prestasi.
4.
Beasiswa
Penuh
Banyak
orang menilai bahwa beasiswa diberikan kepada penerimanya untuk menutupi
keperluan akademik secara keseluruhan. Jika Anda benar-benar beruntung,
tentunya Anda akan mendapatkan beasiwa seperti ini. Beasiswa akan diberikan
untuk menutupi kebutuhan hidup, buku, serta biaya pendidikan. Namun, banyak
beasiswa lainnya meng-cover biaya hidup, buku, atau sebagian dari uang
sekolah.
Sebelum menerima beasiswa seorang peserta
didik juga harus mengikuti berbagai macam persyaratan sehingga akhirnya bisa
mendapatkan beasiswa tersebut, sistem pelaksanaan tersebut yaitu :
a.
Penawaran
Beasiswa Oleh Donatur
Donatur
mengirim surat kepada Rektor melalui Direktorat Kemahasiswaan untuk memberikan
beasiswa kepada mahasiswa Universitas Airlangga . Dalam surat tersebut sudah
dicantumkan persyaratan yang diminta dan juga jangka waktu pemberian beasiswa
termasuk jumlah nominal beasiswa yang diberikan.
b.
Sosialisasi
Informasi Beasiswa
Direktorat
Kemahasiswaa melalui Sub Direktorat Kesejahteraan Mahasiswa menginformasikan
adanya tawaran beasiswa kepada Fakultas.Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan dan juga BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) fakultas.Selain itu
Direktorat Kemahasiswaan juga menginformasikan melalui website Direktorat
Kemahasiswaan untuk bisa di akses oleh mahasiswa secara luas.[19]
c.
Pengumpulan
Data Mahasiswa Calon Penerima Beasiswa
Data
calon mahasiswa penerima beasiswa dikumpulkan melalui dua cara : yakni manual
dan on-line. Cara manual dilakukan dengan mengumpulkan berkas data calon
penerima beasiswa melalui fakultas.Pengumpulan data berkas calon penerima
beasiswa berbentuk soft file dikumpulkan secara on-line ke Direktorat
Kemahasiswaan.
d.
Seleksi
Adminitrasi
Seleksi
administrasi yakni pemeriksaan kelengkapan data dan berkas calon penerima
beasiswa yang terkumpul secara manual dan on-line.
e.
Membuat
Daftar Calon Penerima Beasiswa
Direktorat
Kemahasiswaan membuat daftar calon mahasiswa penerima beasiswa yang telah lolos
seleksi administrasi.
f.
Mengirimkan
Daftar ke Donatur
Direktorat
Kemahasiswaan mengirimkan daftar calon mahasiswa terseleksi kepada Donatur
disertai Surat Keputusan Rektor.
g.
Droping
Dana
Donatur
mengirimkan dana beasiswa ke rekening rektor disertai tembusan surat ke
Direktur Kemahasiswaan.
h.
Pendistribusian
Dana Beasiswa
Direktur
Kemahasiswaan mengirimkan surat permintaan transfer dana beasiswa kepada
direktur keuangan. Dana beasiswa ditransfer ke rekening Direktur kemahasiswaan.
Direktur kemahasiswaan mengirimkan surat kepada Bank yang bersangkutan untuk
mentrasferkan dana beasiswa ke masing-masing rekening mahasiswa penerima
beasiswa
i.
Laporan
Pertanggung Jawab Dana Beasiswa Kepada Donatur
Direktur
Kemahasiswaan mengirimkan surat pertanggung jawaban Dana Beasiswa Yang Sudah di
Tanda tangani oleh Mahasiswa Penerima Beasiswa kepada donatur atau pemberi
Beasiswa.[20]
Bukan hanya tentang berbagai macam
beasiswa dan mekanisme pelaksanaan penerimaan beasiswa, pihak guru serta
sekolah harusnya memberikan berbagai informasi dan sosialisasi tentang macam-macam
perguruan tinggi serta jurusan dan program studi yang dimiliki dengan
memberitahukan kelebihan serta kekurangan dari suatu jurusan atau pun program
studi tersebut. Selain itu guru bimbingan konseling juga bisa memakai insentif
dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.
Insentif merupakan alat yang di pakai
untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya
dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa
dan mungkin minat terhadap sesuatu baik minat belajar atau pun minat untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi akan muncul.
H.
Solusi Islam Dalam Menangani Masalah Pendidikan
Pendidikan
Islam yang hakikatnya bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam yang sesungguhnya
akan dijadikan sebuah pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia serta di
akhirat kelak.
Namun
dengan era globalisasi yang ada membuat pendidikan Islam sendiri mengalami masalah yang dapat dikatakan
kompleks mulai dari masalah konseptual- teoritis,
hingga permasalahan operasional-praktis.
Masalah-masalah yang
tidak terselesaikan dalam pendidikan Islam inilah yang menjadikan pendidikan Islam tertinggal dengan lembaga pendidikan
lainnya. Dari segi kuantitatif
serta kualitatif pendidikan Islam sebagai pendidikan yang dinomor duakan akan menjadi dampak buruk
tersendiri bagi pemeluk agama Islam, yaitu salah satu dampak buruk tersebut
ialah semakin maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja Islam.
Adapun ketertinggalan pendidikan Islam sendiri
dilandasi oleh beberapa faktor yang menjadikan lembaga pendidikan Islam
tertinggal jauh dengan lembaga pendidikan lainnya ialah sebagai berikut :
1.
Keterlambatan respon
pendidikan Islam akan perkembangan yang terjadi.
2.
Islam kebanyakan masih
lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan
ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi,
dan matematika modern.
3.
Pendidikan Islam tetap
berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau
kurang bersifat future oriented.
4.
Sebagian pendidikan
Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar,
kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya.
Dalam hal ini ambil saja
contoh masalah pendidikan Islam yaitu mengenai problem konseptual- teoritis.
Dalam hal ini dijabarkan bahwa pendidikan Islam hanya didasarkan oleh pemahaman
pendidikan Islam yang hanya mementingkan aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah
dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan
kehidupan jasmani.
Oleh karena itu, akan tampak
adanya pembedaan dan pemisahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang
sakral dengan yang profan, antara dunia dan akhirat. Cara pandang yang
memisahkan antara yang satu dengan yang lain ini disebut sebagai cara pandang
dikotomi.
Pemisahan antar ilmu dan agama
hendaknya segera dihentikan dan menjadi sebuah upaya penyatuan keduanya dalam
satu sistem pendidikan integralistik. Namun persoalan integrasi ilmu dan agama
dalam satu sistem pendidikan ini bukanlah suatu persoalan yang mudah, melainkan
harus atas dasar pemikiran filosofis yang kuat, sehingga tidak terkesan hanya
sekedar tambal sulam.
Langkah awal yang harus
dilakukan dalam mengadakan perubahan pendidikan adalah merumuskan “kerangka
dasar filosofis pendidikan” yang sesuai dengan ajaran Islam, kemudian
mengembangkan secara “empiris prinsip-prinsip” yang mendasari terlaksananya
dalam konteks lingkungan (sosio dan kultural) Filsafat Integralisme adalah
bagian dari filsafat Islam yang menjadi alternatif dari pandangan holistik yang
berkembang pada era postmodern di kalangan masyarakat barat.[21]
Solusi dari sudut
pandangna Islam ini merupakan langkah alternatif yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sebab apabila
dilihat dalam konteks yang sederhana, permasalahan minat melanjutkan ke
perguruan tinggi disebabkan pula oleh faktor luar yaitu kualitas pendidikan
yang ditawarkan oleh suatu lembaga itu sendiri. Ketika lembaga memiliki
kualitas pengajaran yang baik, maka minat yang mungkin muncul pada diri seorang
individu akan bagus.
KESIMPULAN
Secara sederhana minat dapat
diartikan sebagai suatu keinginan yang timbul dalam diri seseorang namun hal
tersebut belum dapat ter-realisasikan dalam kehidupan nyata. Dia hanya sebagai
suatu dorongan nurani yang memiliki unsur ingin dipenihu sekaligus memiliki
daya tarik tersendiri. Sehingga orang yang memiliki minat akan mencoba untuk
melakukan suatu hal atau cara yang mana bertujuan agar minat tersebut dapat
dipenuhi.
Dalam pembahasan lain, suatu minat dala
diri seseorang juga erat dengan karakter orang tersebut. Dikatakan demikian
karena seseorang yang memiliki karakter yang “Tahan Banting” biasanya akan
memiliki minat yang lebih baik daripada orang yang biasa-biasa saja.
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani
yang berarti "To mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh
sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan
sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila
perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan studi ke perguruan
tinggi yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Faktor Jasmani Faktor jasmaniah sangatlah penting dalam
meningkatkan minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
2) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada empat faktor yang
tergolong ke faktor psikologis yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi siswa.
b. Faktor Eksternal
-
Faktor Keluarga
-
Lingkungan Sekolah
-
Faktor Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
-
BUKU
Heri, P. (1998). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta :
EGC
Marimba , Ahmad D., Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987)
Mahmud, Ali Abdul Halim, "Akhlak Mulia", (Jakarta : Gema
Insani Pres,2004, Cet.1)
Poerwadarminta, W.J.S.2014.KamusUmumBahasa Indonesia.
Jakarta: PT IntanPariwara.
Purwanto , M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 1998)
Ramayulis, "Ilmu Pendidikan Islam", (Jakarta :
Kalam Mulia Group,2012, Cet.9)
Witherington, H. C. (1999). Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Aksara Baru
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group,2012)
-
INTERNET
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/06/20/pembelajaran-aktif-kreatifefektif- dan-menyenangkan/
[1]Poerwadarminta,
W.J.S.2014.KamusUmumBahasa Indonesia. Jakarta: PT IntanPariwara.
[5] Zubaedi,
"Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2012)
[7]
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/06/20/pembelajaran-aktif-kreatifefektif-dan-menyenangkan/
(online) diakses pada 28/05/2017 pada 11 : 30 wib
[8]
Poerwardaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1976)
[9] M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1998)
[10] Ahmad D.
Marimba, Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987)
[11] Ramayulis,
"Ilmu Pendidikan Islam", (Jakarta : Kalam Mulia Group,2012,
Cet.9)
[12] Ali Abdul
Halim Mahmud, "Akhlak Mulia", (Jakarta : Gema Insani Pres,2004,
Cet.1)
[14]http://www.alfasingasari.com/2017/01/pasal-31-ayat-1-2-3-4-5-uud-1945.html diakses pada
28/05/2017 pukul 22 : 42 wib
[15]http://www.eprints.uny.ac.id/7821/3/BAB%202-08403241004.pdf
diakses pada 28/05/2017 pukul 23 : 05 wib
[16]http://www.eprints.uny.ac.id/7821/3/BAB%202-08403241004.pdf
diakses pada 28/05/2017 pukul 23 : 05 wib
[18]
http://eprints.uny.ac.id/9511/3/bab%202-06209241010.pdf, (Online),
Diunduh 28/05/2017
[19]
http://eprints.uny.ac.id/9511/3/bab%202-06209241010.pdf, (Online),
Diunduh 28/05/2017
[20]
http://eprints.uny.ac.id/9511/3/bab%202-06209241010.pdf, (Online),
Diunduh 28/05/2017
[21] http://tesispendidikan.com/masalah-pendidikan-islam-dan-solusinya/ diakses pada
09 : 53 wib pada 29/05/2017
Tidak ada komentar: