Makalah Metodologi Studi Islam : Metode dan Pendekatan Studi Islam serta Pemahaman Varian Agama
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan manusia merupakan suatu
peradaban yang bersifat dinamis. Dimulai dari zaman dahulu yang sifatnya masih
tradisional dan sederhana sampai zaman yang modern sampai saat ini.
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa dahulu belumlah sekompleks
permasalahan pada masa kini. Oleh karena itu peradaban manusia bersifat
dinamis, bukanlah statis.
Terlepas dari itu, Islam adalah suatu
sistem kepercayaan (agama) yang datang dengan sejuta rahmat guna memberikan
pedoman, petunjuk, arahan, hingga problem solving terhadap poermasalahan yang
dihadapi oleh umat manusia.
Sebagaimana yang disinggung sebelumnya
bahwa peradaban manusia merupakan suatu peradaban yang bersifat dinamis dan
permasalahan pada saat ini juga mungkin sekali lebih kompleks daripada masa
dahulu. Maka pada masa dewasa ini muncullah berbagai macam kajian teori yang
menawarkan berbagai solusi-solusi empiris dari segi produk keilmuan yang
memiliki latar belakang yang saling berbeda.
Ilmu kajian tersebut muncul jauh setelah
agama Rahmatan-Lil ‘Alamin ini
muncul. Sehingga dalam kajian teoritis yang ada pada masa kekinian, maka teori
atau kajain inilah yang dianggap paling tepat dalam menjawab
persoalan-persoalan yang selalu datang simpang-siur dalam kehidupan umat
manusia.
Maka dalam hal ini, Islam sebagai agama
yang memiliki sumber Al-Qur’an dan as-Sunnah dianggap oleh para pemikir modern
sebagai sesuatu yang tidak sesuai. Apabila Islam dijadikan sebagai pokok
landasan pemecahan masalah yang ada. Walaupun tidak semua pihak menentangnya,
tetapi hal ini akan semakin memberikan semacam rambu peringatan kepada Islam,
bahwa agama ini tidak dapat bergkembang dan disesuaikan dengan perkembangan
zaman dari sisi pemecahan problem yang muncul.
Maka sebenarnya sudah saatnya umat Islam
berusaha untuk bangkit dan memposisikan Islam ini sebagi agama yang layak untuk dijadikan pokok
pembahasan dalam pemecahan masalah masyarakat dengan cara dan pemilihan
pendekatan yang tepat. Agar Islam ini dapat dipahami secara komprehensif,
integral, dan tidak parsial.
B.
Rumusan
Masalah
-
Apa pengertian
konstruksi?
-
Apa saja metode
dan pendekatan studi Islam?
-
Apa saja varian
pemahaman agama?
C.
Tujuan
Makalah
-
Untuk mengetahui
pengertian konstruksi
-
Untuk mengetahui
apa saja metode dan pendekatan studi Islam
-
Untuk mengetahui
apa saja varian pemahaman agama
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
“Konstruksi Teori” Penelitian Agama.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S
Poerdarminta mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun)
bangunan-bangunan (jembatan dan sebagainya) dan dapat pula berarti susunan dan
hubungan kata dikalimat atau dikelompok kata.[1]
Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan
mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan berarti pula asas asas dan hukum-hukum
umum yang menjadi dasar suatu kesenian
atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berati pendapat, cara-cara
dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.[2]
Dari pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan “konstruksi teori” adalah susunan atau
bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum-hukum mengenai sesuatu yang
antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan, sehingga membentuk suatu
bangunan.
Adapun penelitian berasal dari kata
teliti yang artinya cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama
dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan.[3] Selanjutnya,
penelitian (research) yang dilahirkan oleh dunia ilmu pengetahuan mengandung
implikasi-implikasi yang bersifat ilmiah, oleh karena hal tersebut merupakan
proses penyelidikan yang berjalan sesuai dengan ketetapann-ketetapan ilmu
pengetahuan tentang penelitian atau yang selanjutnya disebut methododlogy of
research. Tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari
kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul.
Kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian digunakan sebagai
dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah
masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan[4] .
Dengan demikian, penelitian mengandung
arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang
terkumpul. Penelitian menuntut kepada pelaku-pelakunya agar proses penelitian
yang digunakan itu bersifat ilmiah, artinya harus sistematis, terkontrol,
bersifat empiris (bukan spekulatif) dan harus kritis dalam penganalisisan
data-datanya sehubungan dengan dalil-dalil hipotesis yang menjadi pendorong
mengapa penelitian itu dilakukan.
Dengan demikian, penelitian dapat
dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah
pada pengkajian suatu masalah. Ini adalah cara untuk memperoleh
informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuannya adalah untuk
menemukan jawaban terhadap persoalan yang berarti melalui penerapan prosedur
prosedur ilmiah. Suatu penyelidikan harus
melibatkan pendekatan ilmiah agar dapat digolongkan sebagai pendekatan
ilmiah.[5]
Ketika para sarjana mencoba
merumuskan teori-teori tentang asal mila terjadinya agama, ilmu pengetahuan
yang disebut antropologi belum ada, yang ada adalah tentang ilmu etnografi,
yakni lukisan tentang suku-suku bangsa sederhana yang kemudian etnografi ini
menjadi etnologi, yakni ilmu tentang bangsa-bangsa.
Menurut R.R Marett[6] dari
bukunya “The Threshold of Relgion (1909) ” salah seorang antropologi Inggris
mengatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan untuk
didefinisikan karena agama menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu
perasaan dan kemauan juga, dan dapat dimanifestasikan dirinya menurut segi segi
emosionalnya walaupun idenya kabur. Namun demikian, mendefinisikan agama dapat
juga dilakukan, meskipun sangat minimal, sabagaimana yang telah diberikan
E.B.Taylor[7]
dari bukunya “Primitive Cultere” yaitu bahwa agama adalah kepercayaan terhadap
kekuatan gaib. (Koentjaningrat, 1966, hal: 207-208)
Agama adalah suatu ketundukan atau
penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi daripada yang percaya
mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia. Lebih lanjut
Frazer menjelaskan bahwa agama terdiri dari dua elemen, yakni yang bersifat
teoritis dan yang bersifat praktis, yang bersifat teoritis berupa kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia, sedangkan yang
bersifat praktis ialah usaha manusia untuk tunduk kepada kekuatan-kekuatan
tersebut serta usaha menggembirakannya.[8]
Harun Nasution, guru Besar Filsafat dan
Teologi Islam, berdasarkan analisisnya terhadap berbagai kata yang berkaitan
dengan agama, yaitu addin, realigi dan kata agama itu sendiri sampai pada
kesimpulan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah diatas yaitu ikatan.
Agama mengandung arti ikatan ikatan yang harus dippegang dan dipatuhi manusia.
Ikatan ni mempengaruh besar sekali terhadap kehidupan sehari hari . ikatan ini
berasal darisuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.[9]
Harun
Nasution menyebutkan definisi agama, dua diantaranya :
1) Agama
berarti pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi
2) Mengikatkan
diri pada suatu bentuk makhluk hidup yan mengandung pengakuan pada suatu sumber
yang berada diluar diri manusia .
Dari
definisi tersebut, Harun Nasution selanjutnya menyebutkan adanya empat unsur
penting yang terdapat daam agama, yaitu :
1) Unsur
kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk dewa Tuhan dsb
2) Unsur
keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya didunia ini dan hidup di akhirat nanti amat begantung kepada adanya hubungan
baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud
3) Unsur
respon yang bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk
perasaan takut, cinta dan sebagainya
4) Unsur
paham adanya kudus dan suci yang dapat mengambil bentuk keuatan gaib, kitab
yang mengandung ajaran ajran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk tempat
tertentu.
Selain itu, penelitian agama juga dapat
dilakukan dalam upaya menggali ajaran ajaran agama yang terdapat dalam kitab
suci serta kemungkinan aplikasinya sesuai dengan perkembangan zaman. Berbagai
pendekatan dan teori yang berkenaan dengan pemahaman agama yang pernah
dilakukan generasi terdahulu dapat diteliti dengan seksama sebagai bahan
perbandingan untuk generasi selanjutnya dan juga untuk dilihat dari situasi dan
kondisi yang melatarbelakangi timbulnya paham agama demikian penelitian, serta
kemungkinan penerapan dimasa sekarang. Bertolak dari pemahaman ini dapat
dilakukan upaya upaya pemahaman agama yang lebih inovatif, konstektual dan
seterusnya sesuai dengan tuntutan zaman.
Sesuai dengan uraian diatas, kita dapat
sampai pada suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan “konstruksi
teori”adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan dan memahami secara
seksama susunan atau bangunan bangunan dasar atau hukum hukum dan ketentuan
lainyya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan
ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan pemahaman ajaran
agama sesuai dengan tuntutan zaman.[10]
B. Pendekatan dalam
Studi Islam.
Ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam kajian studi islam, yakni
sebagai berikut :
Ø Pendekatan
Teologis-Normatif.
Pendekatan ini
merupakan suatu model pendekatan yang menekan pada bentuk formal atau
simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk formal atau simbol keagamaan
tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar, sedangkan pemahaman yang
lain itu salah. Yang dimaksud normatif adalah memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan yang asli dari Tuhan yang didalamnya belum tedapat
penalaran manusia.[11]
Pendekatan teologi
dalam memahami agama cenderung bersikap tertutup, tidak ada dialog, parsial,
saling menyalahkan, saling mengkafirkan, yang pada akhirnya terjadi
pengkotak-kotakan umat, tidak ada kerja sama dan tidak terlihat adanya
kepedulian.
Apabila kita hanya
berpegang pada pendekatan ini dalam memecahkan persoalan yang ada, maka
nantinya akan berujung pada penambahan masalah. Akan tetapi bukan berarti
pendekatan ini mutlak salah. Sebab, disisi lain pendekatan memberikan semacam
pengaruh positif kepada orangnya berupa sikap militansi dalam beragama. Atau
dapat dikatakan sebagai orang yang memegang teguh agamanya. Namun karena sikap
yang terlalu berlebihan dalam menganggap yang lain itu salah, maka akan
berdampak sikap eksklusif-dogmatis, yakni tidak mau mengakui agama lain dan
sebagainya.
Sehingga umat islam
seharusnya tidak hanya membutuhkan pendekatan teologis-normatif saja dalam
memcahkan masalah yang ada. Namun diperlukan pendekatan pula pendekatan
sosiologis, filsafat, sejarah dan lain sebagainya. Agar pemahaman orang islam
kepada islam itu sendiri menjadi integral, utuh, dan komprehensif.
Ø Pendekatan
Sosiologis.
Mengkaji permasalahan
dan bagaimana cara pemecahannya, maka berarti kita akan mempelajari pula
tindak-tanduk sikap manusia didalamnya yang terjadi pula pola interaksi antara
manusia satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu dalam hal ini diperlukan
pendekatan sosiologis. Dengan adanya pendekatan sosiologi ini nantinya akan
menyoroti dari sudut posisi manusia yang membawa kepada perilaku itu.[12]
Sosiologi juga
menitikberatkan pada sitem sosial (masyarakat) yang kompleks dan objek
kajiannya adalah masyarakat yang bersifat empiris, teoritis, dan kumulatif.
Maka wajar saja apabila pendekatan sosiologis digunakan dalam mencoba
memecahkan permasalahan yang timbul di masyarakat.
Ø Pendekatan
Antropologis
Sebagaimana yang kita
ketahui, bahwa Antropologi merupakan suatu disiplin ilmu tentang manusia dan
kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang diperoleh
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan pengalaman dan
lingkungan dan mendasari serta mendorong tingkah lakunya. Selain itu
Antropologi memperhatikan terbentuknya pola-pola perilaku manusia dalam tatanan
nilai yang dianut dalam kehidupan manusia.
Dalam konteks sebagai
metodologi, antopologi merupakan ilmu tentang masyarakat dengan titik tolak
dari unsur-unsur tradisional, mengenai aneka warna, bahasa, dan sejarah
perkembangannya serta persebarannya, dan mengenai dasar-dasar kebudayaan
manusia dalam masyarakat.
Pendekatan ini menjadi
penting, dikarenakan dengan pendekatan ini kita akan mampu mengetahui karakter
dari masyarakat yang akan kita coba kaji tentang pemecahan dari masalah yang
ada.
Ø Pendekatan
Historis (Sejarah)
Sebuah studi atau
penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang kontemporer sebenarnya kombinasi
antara analisis aktor dan peniliti, ssehingga merupakan suatu realitas dari
hari lampau yang utuh. Pendekatan sejarah menitikberatkan pada kronologi
pertumbuhan dan perkembangan. Pendekatan historis menggunakan analisis atas
peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Namun,
sebaiknya pendekatan ini dikombinasikan dengan pendekatan komparatif atau
perbandingan.[13]
Dalam pendekatan ini kita
nantinya akan meneliti atau melakukan penyelidikan atas suatu masalah dengan
mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis. Atau dengan kata
lain pendekatan sejarah akan mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efekif,
menilainya secara kritis dan mengajukan rancangan pemecahan masalah dari hasil
yang dicapai dalam bentuk tulisan.
Ø Pendekatan
Filosofis
Kajian filsafati
merupakan suatu kajian istimewa yang berusaha untuk menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena masalah-masalah
tersebut itu diluar diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Dengan pendekatan ini,
kita nantinya akan berusaha memahami permasalahan yang ada secara radikal dan
integral serta sistematis.
Cabang filsafati yang
bisa digunakan dalam hal ini biasanya filsafat islam. Dengan alasan filsafat
ini akan menghadapkan pada universalitas ajaran Al-Qur’an dengan situasi yang
bersifat lokal dan pemikiran yang orisinil serta dengan cara itu pula mampu
mengekspresikan perkembangan dan pergumulan pemikiran keislaman.
Demikian pendekatan
yang dapat kita gunakan dalam memahami kajian studi islam guna memecahkan
masalah-masalah yang mungkin muncul ditengah msyarakat.
C. Metode dalam
Studi Islam
Sebagaimana
yang telah disinggung diatas, bahwa pemilihan metode dan pendekatan yang tepat
sangatlah penting guna mampu memecahkan permasalah yang muncul. Setelah pada
bagian sebelumnya kita telah mengetahui apa saja pendekaatan yang dapt kita
gunakan, maka sampailah kita pada pembahsan tentang metodologi apa saja yang
relevan untuk digunakan.
Metodologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Method dan logos. Kata Method ini memiliki
makna cara, kiat, dan seluk-beluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan permasalah
yang ada. Sedangkan logos berarti ilmu. Maka secara sederhana, bahwa Metodologi
merupakan suatub pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam
penelitian.[14]
Dan metode-metode yang dimaksud dalam studi kajian islam adalah sebagai berikut
:
Ø Metode
Filologi
Kata Filologi berasal
dari bahasa Yunani, yakni Philologia yang berarti cinta kepada bahasa, karena
huruf membentuk kata, kata membentuk kalimat, dan kalimat adalah inti dari
bahasa. Filologi dipakai dalam arti pengkajian teks atau penelitian yang
berdasarkan teks. Dengan kata lain, metode ini digunakan untuk mempelajari dan
meneliti naskah-naskah lama guna memahami apa yang terjadi didalamnya sehingga
diketahui latar belakang kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah
itu.
metode ini digunakan jika sumber atau
data berupa nasah atau manuskrip. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
secara cermat pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam naskah tersebut melalui
analisis kosa kata yang digunakan, nuansa-nuansa yang ada sehingga dapat
terhindar dari kesalahpahamanpemikiran.
Ø Metode
Deskripstif
Metode ini memiliki
arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat atau tokoh sebuah
peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut pemikirannya.
Metode ini digunakan untuk mengangkat pemikiran yang diteliti. Karena tujuannya
inilah, maka yang harus dilakukan hanya menggunakan pemikiran pengarang dengan
cara menjelaskan dan menghubungkan secara cermat data-data dalam bentuk
pernyataan dan rumusan-rumusan pendapat.
Metode ini juga berusaha untuk
menggambarkan objek apa adanya dan sangat berguna untuk permasalahan tingkah
laku manusia.
Ø Metode
Komparatif
Metode ini merupakan
metode yang didalamnya adalah perbandingan antar yang satu dengan yang lain.
Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menemukan tipe, corak, atau kategori
suatu pemikiran kemudian memposisikannya dalam peta pemikiran secra umum.
Biasanya metode ini digunakan guna mencari antar yang baik antara objek satu
dengan objek yang lainnya dimana kedua objek ini layak untuk dibandingkan.
Ø Metode
Hermeneutika
Hermeneutika berasal
dari bahsa Yunani yang memiliki arti menafsirkan. Pada dasarnya metode ini
digunakan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti. Atau dengan kata lain, metode ini digunakan untuk memberikan
penjelasan lebih lanjut terhadap objek kajian yang hendak diperdalam.
Ø Metode
Fenomenologi
Metode ini digunakan
untuk mencari hubungan-hubungan pemikiran dengn kondisi-kondisi sosial yang ada
sebelum dan sesudah pemikiran itu muncul. Metode ini merupakan metode yang
didasari oleh filsafat fenomenologi, yaitu mengajar pada pentingnya melihat
gejala yang tampak dari sebuah entitas untuk menafsirkan alam pemikiran yang
berkembang dari enitas tersebut.[15]
Jika metode ini digunakan dalam mengkaji
Islam berarti seorang peneliti memhami dan menganaliis islam bukan atas dasar
nilai-nilai yang tertuang dalam teks yang bersifat normatif. Namunbagaimana
seorang peneliti memahami dan menganalisis islam berdasarkan apa yang dipahami
dan diamalkan oleh masyarakat. Dengan begitu, Islam dipahami bukan dari sumber
ajaran atau doktrin berupa Al-Qur’an dan Sunnah. Tapi Islam dipahami dari
praktek yang ditampilkan oleh penganutnya.
Akan tetapi apabila
metode ini diterapkan dalam wilayah keagamaan, terlalu menekankan hal-hal yang
abstrak sehingga kurang mempunyai kerangka etis-pragmatis, seperti teologi.
Karena itu dalam wacana studi keislaman, pendekatan ini harus dikompromikan.
Sehingga hubungan keduanya dapat diumpamakan seperti fenomenologi dan teologi.
Dimana keduanya akan saling memperkuat dan mengisi.
Ø Metode
Mistik
Aspek mistik didalam
Islam juga dikaji dan dipahami, selain aspek realitas logis empiris. Dalam
mengkaji aspek mistik/supranatural ini metode yang digunakan adalah metode
mistik yang berbeda dengan metode sains ilmiah, yakni bukan kaidah-kaidah
logis, empiris, dan rasional.
Ø Metode
Holistik
Metode holistik adalah
gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan untuk melihat semua aspek yang
terdapat dalam suatu pemikiran. Cara berpikir deduktif digunakan untuk membuat
tipologi, perbandingan digunakan untuk melihat pengaru-pengaruh, dan
hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan pemikiran dengan gejala-gejala
sosial yang ada. Sehingga pemahaman tentang islam akan semakin integral dan komprehensif.[16]
Dengan metode holistik
(menyeluruh) tentang Islam, maka islam sebagai ajaran yang universal dapat
dipahami secara utuh dan integral melalui pendekatan dan metode yang akurat.
Hal ini juga untuk menghindari dari pemahaman yang parsial(sepotong-potong),
tidak utuh, tidak sistematis, dan tidak universal.[17]
D.
Macam-macam Varian
Pemahaman Agama
1.
Agama Sebagai Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti
ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina, yang berarti
yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran. Oleh karena itu doktrin
lebih dikenal dengan ajaran-ajaran yang bersifat absolute yang tidak dapat
diganggu gugat.
Istilah doktrin biasanya digunakan dalam dua hal, yakni pengajaran dan
penegasan suatu kebenaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Sebab menegaskan
kebenaran adalah dengan pengajaran. Dan yang diajarkan biasanya adalah suatu
kebenaran.
Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi
doctrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doctrinal yang di maksud adalah
studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang
dikemukakan oleh Islam.
Maka kita akan menemukan semacam titik terang bahwa yang dimaksud Agama
sebagai doktrin adalah bahwa segala macam bentuk ajaran-ajaran yang sudah
terbungkus dalam agama merupakan suatu hal yang tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Sehingga umat Islam dituntut untuk menerima segala macam aturan
yang ada. Kebenaran yang terkandung didalamnya bersifat mutlak, karena sumber
ajaran ini berasal dari wahyu. Sedangkan wahyu merupakan bagian akidah umat
Muslim. Sehingga ini akan semakin menegaskan bahwa aturan yang harus
menyesuaikan dengan Islamnya bukan Islamnya yang ditarik keaturannya. Begitupun
dengan zamannya.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan dalam pemahaman Agama sebagai
doktrin, yakni bahwa keterangan diatas bukan berarti Islam itu monoton dalam
hukumnya. Tetapi ada juga kesempatan untuk mengembangkan hukum guna memecahkan
masalah yang ada dengan jalan Ijtihad.
2.
Islam Sebagai Produk Budaya
Suatu kebudayaan merupakan suatu hasil daya cipta manusia dengan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Baik cipta,
rasa maupun karsa. Atau dengan kata lain Kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat
digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan
untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model,
yaitu tekstual dan konstektual. Tekstua, artinya memahami Islam melalui wahyu
yang berupa kitab suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas
sosial, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.
Islam memang berasal dari wahyu. Tetapi dalam praktek kehidupannya
nilai-nilai yang terkandung dalam Islam itu akan bersinggungan dengan budaya
masyarakat. Maka pada hasil akhirnya akan menghasilkan kebudayaan yang khas
pula.[18]
Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama samawi bukan
merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan
Islam bukan merupakan bagian dari agama Islam. Masing-masing berdiri sendiri,
namun terdapat kaitan erat antara keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan
erat itu adalah bahwa Islam merupakan dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan
sekaligus merupakan sumber nilai-nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan
cultural. Agama (Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari
seluruh rangsangan dan gerak budaya, sehingga ia menjadi kebudayaan yang
bercorak dan beridentitas Islam. [19]
Agama sebagai budaya, juga dapat diihat sebagai mekanisme control, karena
agama adalah pranata sosial dan gejala sosial, yang berfungsi sebagai kontrol,
terhadap institus-institus yang ada. Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal
umat Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa
al-akhdzu bi al jaded al-ashlah, artinya: memelihara pada produk budaya
lama yang baik dan mengambil produk budaya baru yang lebih baik.
Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil pemikiran manusia yang
berupa interprestasi terhadap teks suci itu disebut kebudayaan, maka sisitem
pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan sebagainya yang timbul sebagai
hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan pula. Kalaupun ada perbedaannya
dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan itu terletak pada keadaan
institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas dasar
prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.
Apabila agama sudah dijadikan budaya dalam suatu masyarakat, maka dalam
etos keseharian masyarakat tersebut nilai-nilai agama akan senantiasa
mengiringi langkah kehidupan mereka.
3.
Islam Sebagai Produk Interaksi
Sosial
Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang
Islam sebagai gejala sosial. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut
agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya
yang saling berkaitan.
Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai
sasaran studi sosial adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi
fenomena Islam. Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar
dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.
Menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya
bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari
hubungantimbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agam,
dan agama mempengaruhi masyarakat. Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari
bukan masalah timbal balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap
tingkah laku masyarakat. Bagaimana agama sebagai sistem nlai mempengaruhi masyarakat.[20]
Persoalan berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai
sasaran studi sosial. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari
penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya
peristiwa-peristiwa yang terjadi mengalami keterulangan yang hampir sama atau
dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu dapat diuji. Jadi dengan demikian
menstudi Islam dengan mengadakan penelitian sosial. Penelitian sosial berada
diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi
dengan cara memahami keterulangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstruksi
teori adalah suatu upaya memeriksa, memplajari, meramalkan dan memahami secara
seksama susunan atau bangunan dasar atau hukum dan ketentuan lainnya yang
diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama
sebagai dasr pertimbangan untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai
dengan tuntutan zaman.
Ada
beberapampendekatan yang dapat digunakan dalam kajian studi Islam, yakni
sebagai berikut :
-
Pendekatan
Teologis-Normatif
Pendekatan ini merupakan suatu model
pendekatan yang menekan pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan yang
masing-masing bentuk formal atau simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya
sebagai yang paling benar, sedangkan pemahaman yang lain itu salah.
-
Pendekatan
Sosiologis
Mengkaji permasalahan dan bagaimana cara
pemecahannya, maka berarti kita akan mempelajari pula tindak-tanduk sikap
manusia didalamnya yang terjadi pula pola interaksi antara manusia satu dengan
yang lainnya.
-
Pendekatan
Antropologi
Pendekatan yang mampu mengetahui
karakter dari masyarakat yang akan kita coba kaji tentang pemecahan dari
masalah yang ada.
-
Pendekatan
Historis
Sebuah studi atau penelitian sejarah,
baik yang lalu maupun yang kontemporer atau melakukan penyelidikan atas suatu
masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis.
-
Pendekatan
Filosofis
Pendekatan ini akan berusaha memahami
permasalahan yang ada secara radikal dan integral serta sistematis.
Beberapa metode dalam studi Islam,
diantaranya :
-
Metode Filologi
Mempelajari dan meneliti naskah-naskah
lama guna memahami apa yang terjadi didalamnya sehingga diketahui latar
belakang kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah itu.
-
Metode
Deskripstif
Metode ini memiliki
arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat atau tokoh sebuah
peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut pemikirannya.
-
Metode
Komparatif
Metode ini merupakan
metode yang didalamnya adalah perbandingan antar yang satu dengan yang lain.
-
Metode
Hermeneutika
Hermeneutika berasal
dari bahsa Yunani yang memiliki arti menafsirkan. Pada dasarnya metode ini
digunakan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti. Atau dengan kata lain, metode ini digunakan untuk memberikan
penjelasan lebih lanjut terhadap objek kajian yang hendak diperdalam.
-
Metode
Fenomenologi
Metode ini digunakan
untuk mencari hubungan-hubungan pemikiran dengn kondisi-kondisi sosial yang ada
sebelum dan sesudah pemikiran itu muncul.
-
Metode Mistik
Aspek mistik didalam
Islam juga dikaji dan dipahami, selain aspek realitas logis empiris. Dalam
mengkaji aspek mistik/supranatural ini metode yang digunakan adalah metode
mistik yang berbeda dengan metode sains ilmiah, yakni bukan kaidah-kaidah
logis, empiris, dan rasional.
-
Metode Holistik
Metode holistik adalah
gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan untuk melihat semua aspek yang
terdapat dalam suatu pemikiran. Cara berpikir deduktif digunakan untuk membuat
tipologi, perbandingan digunakan untuk melihat pengaru-pengaruh, dan
hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan pemikiran dengan gejala-gejala
sosial yang ada. Sehingga pemahaman tentang islam akan semakin integral dan
komprehensif.
Adapun
varian pemaham agama diantaranya :
-
Agama sebagai
doktrin. Studi doctrinal yang dimaksud adalah studi tentang ajaran Islam atau
studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.
-
Agama sebagai
produk budaya. Hasil pemikiran manusia yang berupa interprestasi terhadap teks
suci disebut kebudayaan, maka sistem pertahanan Islam, sistem keuangan Islam,
dan sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan
pula. Kalaupun ada perbedayaan dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan itu
terletak pada keadaan institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam, yang
disusun atas dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur’an.
-
Islam sebagai
interaksi sosial. Demikian yang menjadi objek dalam kaitan dengan Islam sebagai
sasaran studi sosial adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi
fenomena Islam. Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar
dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.
B. Saran
Islam merupakan agama
yang datang paling akhir dari pada agama-agam yang lain. Akan tetapi, bukan
berarti Islam tidak mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.
Maka pemahaman terhadap kajian Islam mestinya lebih komprehensif agar tidak
terjadi pengkerdilan terhadap fungsi Islam sebagai Rahmatan-Lil ‘Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Sodikin, Abuy. Metodologi Studi Islam. 2002. Bandung :
Insan Mandiri
Donald, Ary. Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan, (terjemah) Arief Furhan, dari judul asli Introduction
to Research in Education. Surabaya : Usaha Nasional, t.t.
Ismail, Faisal. Paragdima
Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian
Ilahi Press, 1998)
Nasution, Harun. Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press 1979)
Jamali Sahrodi.Metodologi Stusi Islam.2007.Bandung :
Pustaka Setia
Jujun. S.
Suriasumantri.Filsafat Ilmu:Sebuah
Pengantar Populer.1993.Jakarta :Pustaka Sinar Harapan
Khoiriyah.Memahami Metodologi Studi Islam.2013.Depok
Sleman :Teras
M Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), ( Jakarta: Bumi Aksara, 1993, cet II,hlm
142)
M Arifin, Menguak
Misteri Ajaran Agama agama Besar, (Jakarta: Golden Trayon Press, 1992), cet.
IV, hlm 5.
Matullada.Studi Islam Kontemporer dalam Metodologi
Penelitian Agama : Sebuah Pengantar.1989.Yogyakarta:Tiara Kencana
Soejono dan Abdurrahman.Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan.1999.Jakarta:Rineka Cipta.
Supiana, Metodologi Studi Islam.2009.Jakarta:Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
W.J.S
poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1997),
cet XII,h lm 520
Internet :
[1] W.J.S Poerwadarminta.
1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet
XII.hlm 520
[2] Ibid, hlm 105
[3] Ibid, hlm 139
[4] M Arifin. 1993. Kapita
Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara, cet II,hlm 142
[5] Donald, Ary,
dkk. 1998. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemah : Arief
Furhan dari judul asli Introduction to Research in Education. Surabaya :
Usaha Nasional
[8] M Arifin. 1992.
Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta : Golden Trayon Pres. Cet
IV, hlm 5
[9] Harun Nasution. 1979.
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta : UI Press. Cet I, hlm 10
[11] Supiana. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
[12] Matullada. 1989.
Studi Islam Kontemporer dalam Metodologi
Penelitian Agama Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Tiara Kencana
[13] Soejono dan
Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian
Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta : Rineka Cipta
[14] Jujun. S.
Suriasumantri. 1993. Filsafat Ilmu:Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
[15] Jamali Sahrodi.Metodologi Stusi Islam.2007.Bandung :
Pustaka Setia
[16] Abuy Sodikin.Metodologi Studi Islam.2002.Bandung :
Insan Mandiri
[17] Opcit. Hal 108-109
[19] Faisal Ismail, Paragdima
Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian
Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.
Tidak ada komentar: